Laman

Jumat, 28 Februari 2014

Kura Kura Leher Ular Rote

Kura-kura berleher ular pulau Rote (Chelodina mccordi) adalah kura-kura kecil berleher panjang, ditemukan hanya di habitat lahan basah pulau Rote, bagian timur Indonesia. Karena Kura-kura endemik ini telah menjadi spesies baru sejak 1994, permintaan internasional sangat intensif untuk spesies ini sampai pada titik ambang kepunahan di alam.

Chelodina mccordi rata rata ukuran tubuhnya mencapai 22cm dan beberapa individu tumbuh lebih besar. Cangkang kura kura ini berwarna kelabu coklat, sedangkan pada bagian bawahnya pucat kekuning kuningan. Hewan ini tidak dapat menarik dan menyembunyikan leher dan kepalanya ke dalam tempurung (karapas). Karena lehernya yang panjang sehingga hanya dapat melipat lehernya ke samping tempurung. Lehernya  panjang menyerupai ular sehingga lebih dikenal dengan kura-kura berleher ular.

Rhodin menjelaskan bahwa kura-kura berleher ular dengan jenis Chelodina mccordi adalah spesies yang sama dengan Chelodina  novaeguineae yang berada di kepulauan New Guinea. Terlihat berbeda karena mengalam isolasi. Setelah Berbagai studi banding yang dilakukan oleh Rhodin menyimpulkan bahwa sebenarnya kura-kura berleher panjang dari pulau Rote adalah spesies baru yang berbeda dengan  Chelodina  novaeguineae yang berada di kepulauan New Guinea.

Secara spesifik belum diketahui secara jelas perilaku dan ekologi perkembangbiakkan dari C. mccordi di alam. Awal tahun 2005, salah seorang eksportir reptil di Jakarta mengaku memiliki telur yang diletakkan oleh C. mccordi betina yang diambil dari alam saat masih terkubur. Tidak diketahui persis berapa dari telur tersebut yang mampu menetas atau ada dari telur-telur tersebut yang ditetaskan. Perkembangbiakkan di dalam penangkaran telah berhasil dilakukan, bahkan sampai dengan generasi kedua, di Eropa dan Amerikan Utara.

Kura kura berleher ular pulau Rote tinggal di rawa, danau, dan sawah di selatan pulau Rote. Spesies ini seringkali diperdagangkan oleh para kolektor reptil endemik internasional. Sehingga lebih sering ditemukan di penangkaran dibandingkan habitat aslinya. Jumlah populasi spesies ini semakin berkurang, karena selalu diperdagangkan, namun perkembangbiakannya sedikit. Para pedagang seringkali menggunakan perangkap untuk menangkap hewan ini di rawa-rawa air tawar di Pulau Rote.

Penduduk lokal pulau Rote mengatakan bahwa banyak, jika tidak seluruh danau dan lahan basah berkurang dan beberapa yang lebih sempit telah kering total. Penduduk lokal mengklaim bahwa fenomena ini terjadi karena menurunnya curah hujan. Kelanjutan dari penurunan ini dan pengaruh pada populasi kura-kura belum diketahui pasti.

Kura-kura berleher ular pulau Rote (Chelodina mccordi)  merupakan spesies dilindungi di  Indonesia sejak 1980.  Semenjak diidentifikasikan sebagai spesies baru pada tahun 1994, Kura-kura Pulau Rote telah dilindungi di Indonesia di bawah payung hukum dari C. novaguineae, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.716/Kpts/um/10/1980. Oleh karena itu, tidak ada perdagangan secara legal dari C. mccordi antara tahun 1980 dan 1994. Setiap perdagangan dari kura-kura Pulau Rote yang terjadi dalam periode tersebut dianggap ilegal/melawan hukum.

Laporan terbaru yang dikeluarkan TRAFFIC, jaringan pemantau perdagangan satwa dan tumbuhan liar, menemukan bahwa penangkapan dan perdagangan satwa ini tidak dilaksanakan berdasarkan peraturan resmi yang berlaku di Indonesia. Meskipun sebelumnya ada quota nasional yang diberikan untuk pemanenan dan ekspor spesies C. mccordi antara tahun 1997 dan 2001, tetapi tidak ada lisensi yang dikeluarkan untuk melakukan koleksi (pengumpulan), termasuk tidak ada izin pemindahan (transportasi) yang dikeluarkan dari tempat sumber spesies ini ke tempat-tempat ekspor dalam wilayah Indonesia. Semua spesimenC. mccordi yang telah diekspor sejak 1994 diperoleh secara illegal.

Di tahun 2000, Daftar Merah IUCN mengkategorikan spesies ini kedalam status kritis (Critically Endangered), dan pada tahun yang sama kura-kura berleher ular dari Pulau Rote ini dievaluasi berada diambang kepunahan. Spesies ini masuk dalam daftar Appendix II Konvensi Mengenai Perdagangan Internasional Terhadap Spesies Satwa dan Tumbuhan Dilindungi (CITES), dimana semua perdagangan internasional terhadap satwa ini harus dilaksanakan sesuai sistem resmi yang berlaku.

Kamis, 27 Februari 2014

Kura Kura Hutan Sulawesi

Kura-kura hutan Sulawesi atau kura-kura paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) yang dalam bahasa latin disebut Leucocephalon yuwonoi memang kura-kura langka. Kura-kura hutan sulawesi (kura-kura paruh betet) termasuk salah satu dari 7 jenisreptil paling langka di Indonesia. Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition.
Kura-kura hutan sulawesi yang dipertelakan pada tahun 1995 ini sering disebut juga sebagai kura-kura paruh betet. Ini lantaran bentuk mulutnya yang meruncing menyerupai paruh burung betet.
Dalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, kura-kura ini mempunyai nama latin Leucocephalon yuwonoi (McCord, Iverson & Boeadi, 1995) yang bersinonim denganGeoemyda yuwonoi (McCord, Iverson & Boeadi, 1995) dan Heosemys yuwonoi (McCord, Iverson and Boeadi, 1995). Dahulunya kura-kura hutan sulawesi digolongkan dalam genusHeosemys, namun sejak tahun 2000 dimasukkan dalam genus tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura-kura hutan sulawesi ini di pasar di GorontaloSulawesi.
Kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) berukuran sedang dengan karapas sepanjang 28 – 31 cm (jantan) dan 20 – 25 cm (betina). Daerah sebarannya hanya terdapat di pulau Sulawesi bagian utara. Karenanya hewan langka ini merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, Indonesia dan tidak ditemukan di daerah lain.
Tidak banyak yang diketahui tentang perilaku alami kura-kura hutan sulawesi ini. Kura-kura hutan sulawesi yang merupakan hewan diurnal banyak menghabiskan waktu di hutandan hanya berpindah ke air ketika malam untuk beristirahat dan melakukan perkawinan.
Pada tahun 1990-an diperkirakan populasi kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) masih sangat melimpah namun saat ini diperkirakan populasinya di alam liar tidak mencapai 250 ekor.
Ancaman utama populasi kura-kura langka ini adalah perburuan dan perdangan bebas sebagai bahan makanan dan hewan peliharaan. Pada awal tahun 1990-an, sekitar 2.000 – 3.000 ekor diperkirakan diperdagangkan ke China sebagai bahan makanan. Selain itu kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) juga banyak diekspor ke Eropa dan Amerika sebagai hewan peliharaan.
Selain perburuan, rusaknya habitat akibat kerusakan hutan (penebangan kayu komersial, pertanian skala kecil, dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit) juga menjadi ancaman bagi kelangsungan populasi kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi). Hal ini diperparah oleh rendahnya tingkat reproduksi kura-kura hutan sulawesi (Sulawesi Forest Turtle).
Lantaran jumlah populasi yang sedikit dan sifatnya yang endemik, sang kura-kura paruh betet ini oleh IUCN Red List dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered (sangat terancam punah). Bahkan The Turtle Conservation Coalition, sebuah koalisi konservasi kura-kura yang terdiri atas berbagai lembaga konservasi seperti IUCN/SSC Tortoise and Freshwater Turtle Specialist GroupWildlife Conservation Society (WCS), Turtle Survival Alliance (TSA), Conservation International (CI) dan lainnya memasukkan kura-kura hutan sulawesi sebagai salah satu dari 25 Kura-Kura Paling Langka dan Terancam Punah Di Dunia (The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles) Tahun 2011.
Organisasi perdangan satwa dunia, CITES, juga telah memasukkan kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) dalam daftar CITES Apendix II. Dengan demikian perdagangan internasional kura-kura langka dan endemik Sulawesi ini tidak diperbolehkan.
Jika berbagai organisasi konservasi dunia menaruh perhatian bagi kelestarian kura-kura paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) bagaimana dengan pemerintah Indonesia?. Inilah yang aneh. Di Indonesia kura-kura hutan sulawesi ternyata bukan termasuk satwa yang dilindungi.

Buaya Siam

Buaya Siam (Crocodylus siamensis) adalah sejenis buaya anggota suku Crocodylidae. Buaya ini secara alami menyebar di Indonesia (Jawa danKalimantan Timur), Malaysia (Sabah dan Serawak), LaosKambojaThailand, dan Vietnam. Disebut buaya Siam karena spesimen tipe jenis ini yang dideskripsi dan dijadikan rujukan berasal dari Siam (nama lama Thailand). Buaya ini sekarang terancam kepunahan di wilayah-wilayah sebarannya, dan bahkan banyak yang telah punah secara lokal.

Buaya ini relatif kecil ukurannya, dengan panjang total maksimal mencapai 4 m; akan tetapi yang umum panjang buaya ini hanya sekitar 2–3 m. Terdapat gigir yang memanjang, nampak jelas di antara kedua matanya, keping tabular di kepala menaik dan menonjol di bagian belakangnya. Sisik-sisik besar di belakang kepala (post-occipital scutes) 2–4 buah. Terdapat sejumlah sisik-sisik kecil di belakang dubur, di bawah pangkal ekor. Sisik-sisik besar di punggung (dorsal scutes) tersusun dalam 6 lajur dan 16–17 baris sampai ke belakang. Sisik perut tersusun dalam 29–33 (rata-rata 31) baris. Warna punggung kebanyakan hijau tua kecoklatan, dengan belang ekor yang pada umumnya tidak utuh.

Buaya air tawar ini menyukai perairan dengan arus yang lambat, seperti rawa-rawa, sungai di daerah dataran, dan danau. Hewan ini berbiak di musim penghujan; buaya betina bertelur 20–80 butir, yang diletakkannya dalam sebuah gundukan sarang yang dijagainya hingga anaknya menetas. Telur-telur itu menetas setelah sekitar 80 hari.
Karena perburuan gelap dan rusaknya habitat buaya ini di alam, IUCN memasukkan buaya Siam ke dalam kategori kritis (CR, critically endangered). Pada 1992 populasinya bahkan sempat dianggap punah di alam, atau mendekati situasi itu. Akan tetapi untunglah, survai-survai yang berikutnya mendapatkan keberadaan sebuah populasi kecil tak-berbiak di alam di Thailand (beberapa ekor saja, tersebar di beberapa tempat), sebuah populasi kecil di Vietnam (kurang dari 100 individu), sementara –yang menggembirakan– beberapa populasi yang lebih besar dijumpai di Kamboja (total hingga sekitar 4000 individu) dan Laos, di sekitar aliran Sungai Mekong.

Pada Maret 2005, para konservasionis mendapatkan sebuah sarang berisi bayi-bayi buaya Siam di Provinsi Savannakhet, Laos bagian selatan. Dari Malaysia dan Indonesia, sayangnya, tak ada data yang baru. Menurut perhitungan sekarang, total populasinya di alam diperkirakan kurang dari 5.000 ekor. Di penangkaran, sebagian individu buaya Siam adalah merupakan hibridisasi dengan buaya muara, di samping beberapa ribu ekor yang masih asli yang dipelihara pada berbagai tempat penangkaran, terutama di Thailand dan Kamboja.

Di Taman Nasional Bang Sida di Thailand, yang terletak tak jauh dari Kamboja, ada proyek re-introduksi buaya Siam ke alam liar. Sejumlah buaya muda dilepas liarkan ke sebatang sungai kecil yang terpencil di taman nasional tersebut, yang tak dapat dijangkau pengunjung.
Buaya Siam telah dilindungi oleh undang-undang negara Republik Indonesia

Tuntong Laut

Tuntong laut atau Batagur borneoensis merupakan salah satu reptil terlangka di dunia. Di Indonesia, tuntong laut termasuk satu diantara 7 reptil paling langka dan terancam punahBahkan Wildlife Conservation Society dan Turtle Conservation Coalition, memasukkan tuntong laut dalam Top 25 Endangered Tortoises and Freshwater Turtles (25 Penyu dan Kura-Kura Paling Terancam Punah).
Selain itu, reptil yang dilindungi di Indonesia ini juga menyandang status Spesies Critically Endangered dari IUCN Redlist serta terdaftar sebagai apendiks II CITES.
Tuntong laut dalam beberapa bahasa daerah disebut sebagai beluku, tuntong semangka dan tuntung (Sumatera), kura-kura jidat merah (Kalbar), tumtum (Kaltim). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Painted BatagurPainted TerrapinSaw-jawed Terrapin, atauThree-striped Batagur. Sedangkan nama ilmiah hewan ini adalah Batagur borneoensisyang mempunyai sinonim Callagur borneoensis dan Emys borneoensis
 Tuntong laut merupakan salah satu jenis kura-kura yang lebih banyak hidup di air payau. Karapas tuntong laut berukuran sekitar 60 cm. Tuntong laut laki-laki memiliki tiga garis hitam yang membujur sepanjang karapas. Sedangkan pada betina berwarna coklat ke abu-abu. Kepala betina berwarna coklat sedangkan laki-lakinya memiliki kepala berwarna abu-abu atau putih.
Tuntong laut (Batagur borneoensis) memakan daun, tunas, buah mangrove, dan kerang. Telurnya berukuran 68-76 x 36-44 mm yang diletakkan di sarang yang dibuat di pantai. Dalam satu sarang, terdapat antara 12-22 butir telur. Sebagian besar aktifitas dilakukan di dalam air, dan hanya sesekali berada di luar air dan berjemur di pinggir sungai atau di atas batang-batang kayu.
Habitatnya adalah muara, anak sungai, hutan bakau dan daerah lain yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sedangkan daerah sebaran alami tuntong laut meliputi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia tuntong laut ini mendiami daerah pesisir pantai di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Ancaman dan Konservasi. Populasi tuntong laut (Batagur borneoensis) tidak diketahu secara pasti. Namun berbagai pihak meyakini terus mengalami penurunan. Ancaman yang mengakibatkan penurunan populasi tuntong laut terutama diakibatkan oleh perburuan dan perdagangan satwa baik daging, karapas, telurnya, maupun anakannya untuk dijadikan hewan peliharaan. Selain itu, hilang dan rusaknya habitat mulai dari pantai, sungai dan hutan bakau, pun menjadi salah satu penyebab semakin langkanya reptil ini.
Karena populasinya yang diyakini semakin menurun dan perburuan dan perdagangan satw3a ini yang terus berlangsung IUCN Redlist memasukkan tuntong laut dalam kategori satwa kritis (Critically Endangered). Sedangkan CITES memasukkannya dalam daftar Apendiks II.
Bahkan Wildlife Conservation Society dan Turtle Conservation Coalition, memasukkan tuntong laut dalam Top 25 Endangered Tortoises and Freshwater Turtles (25 Penyu dan Kura-Kura Paling Terancam Punah). Di Indonesia sendiri, tuntong laut termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan PP. No. 7 Tahun 1999.
Saat browsing saya masih saja menemukan beberapa situs jual beli hewan online yang menawarkan anakkan tuntong laut sebagai hewan peliharaan. Sungguh sangat disayangkan, hewan yang di alam sangat terancam punah ini masih saja dimanfaatkan oleh sebagian kita demi mendapatkan keuntungan pribadi.

Penyu sisik

Penyu sisik (Eretmochelys imbricate) adalah jenis penyu yang memiliki karapas yang indah. Karapas penyu bernilai tinggi karena menjadi bahan dasar pembuatan perhiasan atau aksesoris. Oleh karena itulah, penyu ini banyak diburu. Tak mengherankan apabila Penyu Sisik terdaftar di IUCN Redlist sebagai hewan yang terancam punah. 

Penyu sisik juga dikenal dengan nama hawksbill turtle. Hal ini dikarenakan kemiripan paruhnya dengan paruh burung elang yang tajam dan meruncing namun dengan bentuk rahang yang agak besar.  Warna karapas penyu sisik yang bervariasi dan cantik menjadi salah satu alasan utama perburuan penyu sisik. Karapas biasanya berwarna kuning, hitam atau coklat. 

Penyu sisik dapat mencapai berat tubuh sekira 80 kg dan panjang hingga mencapai 100 cm. Warna dan bentuk cangkang dari penyu yang satu ini cukup unik, yaitu berbentuk seperti sisik yang tersusun secara teratur. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, karapas penyu bernilai tinggi karena menjadi bahan dasar pembuatan perhiasan atau aksesoris. 

Penyu sisik juga berperan penting dalam ekositem laut. Diperkirakan penyu sisik mengkonsumsi sponge hingga 1000 pon atau sekira 450 kg per tahun. Dengan jumlah ini tentu peran penyu sisik cukup signifikan dalam mengendalikan laju pertumbuhan bunga karang yang dapat mengganggu pertumbuhan terumbu karang. Karena konsumsi utama penyu ini bunga karang, daging penyu sisik bersifat beracun dan dapat membahayakan bagi manusia. Selain bunga karang, penyu sisik juga mengkonsumsi alga, hewan-hewan kecil seperti udang, moluska, cumi-cumi dan lainnya. 

Habitat penyu sisik adalah di perairan yang dingin. Mereka mampu menjelajahi samudera hingga bermil jauhnya. Tempat bertelur penyu ini biasanya ditemukan di Benua Hindia (misal di Seychelles, Oman), Karibia (misal di Kuba, Mexico), Australia, dan juga Indonesia. 

Saat ini, keberadaan penyu sisik terancam punah. Penyebabnya adalah karena perburuan liar akan telur, karapas yang bernilai jual tinggi, dan bahkan daging. Selain itu, ancaman lain datang dari pengrusakan habitat, polusi laut, dan terperangkap oleh alat penangkap ikan. 

Sabtu, 22 Februari 2014

Penyu Belimbing

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Selain itu penyu ini walaupun berjalan lambat, namun ketika berenang merupakan reptil tercepat di dunia dengan kecepatan mencapai 35 Km perjam. Jenis ini bisa mudah diidentifikasi dari karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbingKarapaks ini tidak ditutupi oleh tulang, namun hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak. Penyu belimbing merupakan satu-satunya anggota famili Dermochelyidae yang masih hidup. perkiraan menunjukkan, selama dua puluh tahun terakhir jumlah spesies ini menurun dengan cepat, khususnya di kawasan pasifik: hanya sekitar 2.300 betina dewasa yang tersisa. Hal ini menempatkan penyu belimbing pasifik menjadi penyu laut yang paling terancam populasinya di dunia. Di kawasan Pasifik, seperti di Indonesia saja, populasinya hanya tersisa sedikit saja dari sebelumnya (2.983 sarang pada 1999 dari 13000 sarang pada tahun 1984). Untuk mengatasi hal tersebut, tiga Negara yaitu Indonesia, PNG dan Kepulauan Solomon telah sepakat untuk melindungi habitat penyu belimbing melalui Mou Tri National Partnership Agreement. Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis. Spesies ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan terbuka hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Penyu belimbing betina dapat bertelur empat sampai lima kali per musim, setiap kali sebanyak 60 sampai 129 telur. Anehnya, sekitar setengah dari telur di setiap sarang sangat kecil untuk dapat berkembang dengan baik, atau tidak memiliki kuning telur. Penyu belimbing bertelur setiap dua atau tiga tahun dengan masa inkubasi sekitar 60 hari. Penyu belimbing berukuran besar sangat luar biasa, karena hanya makan makanan rendah energi dan rendah protein dari mahluk-mahluk lunak seperti ubur-ubur, cumi-cumi dan tunicates (invertebrata seperti ubur-ubur laut). Pencemaran laut oleh plastik merupakan salah satu penyebab kematian. Phthalates, bahan kimia yang berasal dari plastik, ditemukan dalam kuning telur penyu belimbing. Penyu belimbing sering mengira plastik adalah ubur-ubur, makanan kesukaan mereka dan kemudian tercekik saat menelannya.

Selasa, 18 Februari 2014

Tuatara


Tuatara adalah satu-satunya species yang selamat dari kepunahan dari ordo Rhynchochepalia. Bayangkan saja, pertama kali ordo ini muncul 200 juta tahun yang lampau. Tepatnya di jaman Trias-Tengah. Meskipun fosil Tuatara ditemukan di hampir seluruh benua (Afrika Timur, Brazil, Argentina, Eropa, Amerika dan Australia) tetapi populasi Tuatara saat ini hanya ditemukan di Selandia Baru. Penyebab punahnya Tuatara bermacam-macam, salah satunya adalah manusia. Pada saat manusia berpindah-pindah tempat mereka membawa hewan peliharaan yang kadang merusak dan memakan telur dan bayi Tuatara.

Gaya hidup Tuatara sangat santai, siang hari dia menghabiskan waktunya di sarangnya dan malam hari aktif mencari makan. Hanya sesekali saja tampak Tuatara berjemur, karena dia memiliki metabolisme yang sangat rendah, tidak perlu berlama-lama di bawah matahari untuk mendapatkan energi pengaktifan sel-sel tubuhnya. Tuatara bahkan masih terlihat aktif dibawah suhu 7 derajat Celcius. Luar biasa!

Tuatara baru memasuki masa produktif di usia 20 tahun! Mencapai ukuran maksimal di usia 50 tahun! Dan bisa hidup antara 100-300 tahun!!!

Bisa dibayangkan bagaimana capeknya kalau kita ingin berternak Tuatara. Mereka berkembang biak hanya di alamnya, Tuatara jantan tidak memiliki alat kopulasi, jadi perkawinan dilakukan dengan cara saling melekatkan kloaka jantan ke betina. Masa kawin sekitar bulan Januari, tapi sperma tetap di simpan hingga bulan Oktober-Desember. Pada bulan-bulan inilah betina akan membuat lubang untuk menempatkan telurnya. Seperti kadal yg lain dia akan membiarkan telur menetas disarangnya, biasanya telur tuatara menetas antara 5 sampai 15 bulan. Sering dijumpai Tuatara memakan telur dan bayinya sendiri. Tuatara betina kadang malas untuk membuat lubang baru, sering di jumpai telur-telur Tuatara ada di sarang burung laut (albatros). Tuatara dan burung laut bisa hidup berdampingan dengan damai meskipun harus berbagi kamar bayi.

Makanan utama Tuatara adalah ngengat, kumbang dan jangkrik dan hewan kecil tak bertulang-belakang lainnya. 

Senin, 17 Februari 2014

Katak Charles Darwin

Katak yang diberi nama Charles Darwin mulai punah akibat penyakit kulit yang menyerang hewan ampibi itu, kata para ilmuwan.

Jenis katak tersebut mendapat nama seperti nama bapak evolusi yang sekaligus penemu mereka di Chili pada tahun 1834 dalam pengembaraannya keliling dunia menumpang kapal laut Beagle.

Katak-katak tersebut dikenal mampu menghindari predatornya dengan menyaru sebagai daun kering, memiliki hidung lancip dan yang jantan membawa kecebong-kecebongnya di dalam kantong suara.

Para peneliti menduga katak utara Darwin, salah satu dari dua jenisnya, telah terbunuh seluruhnya oleh penyakit jamur yang disebut khitridiomikosis yang menjangkiti kulit mereka.

Jumlah jenis katak Darwin di selatan juga turun dengan pesat.

Analisa mengenai penyebaran penyakitnya oleh tim Masyarakat Kebun Binatang London (ZSL) dan universitas Andres Belo di Chili menemukan bahwa habitat mereka tidak dapat membantu kehilangan tersebut tetapi juga tidak bisa menjelaskan kepunahan hewan itu.

"Hanya sedikit contoh yang kami temukan mengenai penyakit ini," kata Andrew Cunningham dari ZSL.
Temuan para peneliti itu disiarkan pada jurnal PLOS ONE.

Sabtu, 15 Februari 2014

Soa Layar

Soa-soa layar Hydrosaurus amboinensis adalah kadal semi akuatik terbesar dalam familia Agamidae. Sepintas, bentuk tubuhnya lebih menyerupai miniatur dinosaurus atau naga daripada kadal sehingga dalam bahasa Inggris disebut sail-fin dragon atau sail-fin lizard.
Soa-soa layar dapat tumbuh hingga mencapai ukuran lebih dari 1 meter. Tubuh dilengkapi dengan kaki yang kuat dan ekor yang panjang. Berbeda dengan tokek dan cicak, Soa-soa tidak dapat memutuskan ekornya untuk mengelabui pemangsa.
Sebagai gantinya, Soa-soa akan mengembangkan gelambir kulit di lehernya, agar terlihat lebih besar, untuk menakuti pemangsa atau hewan kompetitor lainnya.
Ciri fisik Soa-soa layar tergolong unik. Sepanjang punggungnya ditumbuhi duri-duri kecil. Pada hewan jantan, bagian pangkal ekor dilengkapi dengan layar tinggi yang bentuknya mirip layar perahu tradisional Hongkong. Layar ini digunakan untuk memikat betina saat musim kawin tiba.
Reptil yang berkerabat dekat dengan Iguana ini umumnya hidup di daerah yang dekat dengan air, seperti tepian dan muara sungai, hutan mangrove dan tepi pantai. Makanan utamanya sangat bervariasi, terdiri dari daun-daunan, buah-buahan liar, serangga, telur dan anak burung hingga mamalia kecil.
Saat ini dikenal 3 jenis Soa-soa layar, yaitu: Soa-soa Ambon Hydrosaurus amboinensis,Soa-soa Filipina, Hydrosaurus pustulatus  dan Soa-soa Halmahera  Hydrosaurus weberi.Soa-soa Ambon memiliki ukuran tubuh paling besar dan daerah sebaran yang paling luas, meliputi Pulau Sulawesi, Maluku hingga Papua Niugini.
Soa-soa Filipina memiliki sebaran terbatas di bagian utara negara tersebut. Soa-soa ini berukuran besar dan termasuk jenis kadal yang sangat indah karena memiliki warna kebiru-biruan pada permukan kulitnya.
Soa-soa Halmahera tergolong jenis endemik yang memiliki sebaran terbatas di Pulau Ternate dan Halmahera. Soa-soa ini memiliki ukuran tubuh paling kecil dan lebih ramping dibandingkan 2 spesies Soa-soa lainnya.
Ciri tubuh menyerupai Soa-soa Filipina namun berwarna lebih terang. Statusnya sebagai spesies masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Sebagian peneliti menganggap Soa-soa Halmahera sebagai sub-spesies dari Soa-soa Filipina.
Meskipun bertubuh besar, Soa-soa layar adalah pemanjat yang ulung dan perenang yang mahir. Sebagaimana reptil berdarah dingin lainnya, Soa-soa layar perlu meningkatkan suhu tubuhnya sebelum beraktifitas.
Pengamatan penulis di Halmahera, menunjukkan bahwa sekitar pukul 7-8 pagi, reptil ini akan memanjat perdu dan pohon hingga ke bagian ranting tertinggi untuk berjemur.
Selain memanjat, Soa-Soa layar dapat berenang dengan baik untuk berburu mangsa. Bahkan, saat terdesak atau terkejut, Soa-Soa layar dapat berlari di atas permukaan air menggunakan kedua kaki belakang yang ditopang oleh ekornya. Hal ini dimungkinkan karena kaki belakang Soa-soa layar dilengkapi dengan selaput renang.
Gerakan “ilmu meringankan tubuh” dari Soa-soa ini berlangsung cepat, singkat dan hanya menempuh jarak yang pendek saja.
Soa-soa jantan hidup berkelompok dengan beberapa ekor betina. Reproduksi dilakukan dengan cara bertelur (ovipar). Sarang terletak di atas tanah yang terbuat dari kumpulan serasah daun dan ranting. Jantan bersifat territorial yang menguasai area dengan luasan tertentu. Daerah kekuasaan ini dipertahankan dari pejantan lainnya.
Menurut hobiis reptil, Soa-soa termasuk jenis satwa yang sangat sulit ditangani sehingga tidak disarankan bagi hobiis pemula untuk memeliharanya. Selain sulit beradaptasi, Soa-soa juga mudah terkejut dan menjadi stress.
Seringkali, Soa-soa yang stress akan menabrakkan diri ke dinding kandang untuk melarikan diri, sehingga menimbulkan luka infeksi yang jika tidak segera ditangani akan menimbulkan kematian.
Soa-soa layar termasuk jenis kadal berumur panjang. Soa-soa peliharaan dapat hidup hingga umur 10-15 tahun. Berdasarkan PP No 7 Tahun 1999, Soa-soa termasuk jenis satwa yang dilindungi Undang-Undang sehingga penangkapan di alam tanpa seizin pihak berwenang merupakan perbuatan melanggar hukum yang bisa dikenai sanksi.
Meskipun tersebar luas, populasi Soa-soa layar di habitat aslinya terus menurun akibat perburuan dan rusaknya habitat.
Kehidupan Soa-soa layar di habitat aslinya jarang diteliti sehingga banyak seluk beluk dari reptil ini yang belum terungkap dan masih menjadi misteri. Semoga saja, dinosaurus mini yang unik ini masih dapat terus bertahan hingga generasi berpuluh-puluh tahun mendatang.

Kadal Panana

 Mari kita mulai dengan mengatakan IYA jika Anda mempertimbangkan reptil sebagai hewan peliharaan, para skink lidah biru merupakan pilihan yang hebat. Bahwa lidah biru di antara spesies yang paling cerdas dari pada kadal yang lainnya. Misalnya, mereka dapat mengenali suara, mengenali orang, dan kami sudah benar-benar hampir sepenuhnya terdapat di Irian Jaya. Dia tidak pernah buang air besar dalam terarium nya. Kami mengambil dia di luar selama 5 menit sebelum kita membawanya di dalam mobil atau biarkan dia di atas karpet, dan dia pergi setiap saat. Bagian dari ini pergi ke membuat dia pada jadwal makan yang telah kami kembangkan, dan itu sudah sangat efektif. Mereka juga besar dan cukup pintar untuk berinteraksi dengan, namun membutuhkan perawatan yang sangat sedikit. Mereka hidup lebih lama daripada kadal lainnya, biasanya hidup lebih lama bahkan anjing dan kucing. Rentang hidup rata-rata mereka adalah sekitar 20 tahun dengan laporan dari mereka hidup sampai 30 tahun di penangkaran. Mereka menyenangkan untuk berinteraksi dengan manusia, menyenangkan untuk memegang, menyenangkan untuk mengambil tempat, dan jika Anda membawa mereka di depan umum, orang bertindak seolah-olah itu hal paling menakjubkan yang pernah mereka lihat. Salah satu alasan mungkin Anda sedang mencari kadal adalah hewan peliharaan untuk anak-anak Anda. Anda jackpot dalam hal reptil. Lidah biru yang besar untuk anak-anak dan dapat ditangani dan bermain dengan anak-anak ... tentu saja harus diawasi, dan mengajarkan teknik penanganan yang tepat, karena ini adalah makhluk hidup, dan seperti binatang apapun harus ditangani dengan benar. Alasan lain yang besar adalah bahwa panana lambat. Anak-anak bisa bersaing dengan mereka. Anda dapat membiarkan lidah biru Anda berkeliaran di sekitar, dan dia tidak akan pergi ke mana pun cepat (kecuali dia serius atau hanya ketakutan bayi). Dan terakhir, lidah biru tidak memiliki bulu atau bulu jadi anak tidak perlu kawatir memiliki alergi, Anda tidak akan memiliki hal yang perlu dikhawatirkan. Mereka juga diurnal ( hidup siang hari ) jadi jika Anda tetap hewan Anda di kamar tidur, tak seorang pun akan terganggu
Ketika mempertimbangkan skink berlidah biru sebagai hewan peliharaan, penting untuk menyadari beberapa hal. Pertama-tama, kita tidak menyarankan membeli hewan liar tertangkap. Selain fakta bahwa itu mungkin ilegal, mereka sering penuh kutu dan parasit internal, dan oleh tidak berarti siap menjadi hewan peliharaan yang menguntungkan. Jika Anda mendapatkan hewan liar tertangkap, penting untuk mendapatkannya "de-wormed" dan diperiksa segera. Sebagian besar (tidak semua) Bahasa Indonesia kadal lidah biru yang Anda lihat di toko hewan peliharaan impor tertangkap liar. Mereka seringkali sangat tidak ramah karena mereka LIAR, dan tidak digunakan untuk kontak manusia membuat mereka tidak diinginkan dan tidak bahagia. Ada banyak lidah biru untuk dijual yang lahir tawanan, dan siap untuk menjadi hewan peliharaan yang besar. Jika Anda melihat Utara di toko hewan peliharaan (yang tidak mungkin), hal ini sangat pasti sebuah CaptiveBred sebagai mengekspor dari Australia adalah sangat ilegal. Ini BUKAN ilegal untuk mengekspor reptil dari Indonesia, dan itulah mengapa hampir semua hewan peliharaan toko biru lidah orang Indonesia. Apa Anda ingin mendapatkan sebaliknya, adalah hewan CB (captive dibesarkan). Captive Bred tentu saja berarti lahir di penangkaran. Kualitas tawanan lidah biru dibesarkan dapat ditemukan di internet baris, surat kabar lokal Anda, atau jika Anda beruntung, di pet shop. Aku pernah ke banyak toko hewan peliharaan, dan jarang saya melihat kadal lidah biru (Saya mengacu ke AS saja, dan disincluding setiap toko yang mengkhususkan diri di dalamnya tentu saja). Alasan untuk kelangkaan ini adalah sederhana: Hanya saja tidak biaya cukup efisien untuk berkembang biak mereka. Penggemar reptil tidak bisa menghasilkan keturunan yang cukup setiap tahun untuk membuatnya bernilai sementara mereka. Ambil naga berjenggot misalnya. Mereka hewan peliharaan kadal immensly populer, SANGAT mudah untuk mereproduksi, dan sangat mudah untuk menjual cepat. Naga berjenggot memiliki sekitar 3 cengkeraman telur PER TAHUN dengan sekitar 15 atau lebih keturunan PER KOPLING. Itu banyak bayi dalam satu tahun untuk menjual! Jual setiap bayi di $ 30 ( RP. 300.000 ) masing-masing ke toko hewan peliharaan, dan itu sepotong cukup baik perubahan. Inilah sebabnya mengapa Anda melihat jumlah berlebihan beardies di toko-toko hewan peliharaan. Sekarang ambil kadal lidah biru. Menjadi vivipar, mereka melahirkan hidup muda sehingga tidak ada telur. Itu sangat tidak penting, tetapi mereka hanya melahirkan SEKALI per tahun. Dan itu hanya jika Anda beruntung, karena kadang-kadang bahkan bisa menjadi setiap tahun. Bayi dapat nomor 5 sampai 15, dan sampai dengan 25 pada kesempatan langka dan hanya dengan spesies tertentu. Jadi, Anda lihat ... pemuliaan kadal lidah biru sangat jarang (dibandingkan dengan naga berjenggot misalnya), dan melihat mereka di toko-toko bahkan lebih jarang terjadi. Ini juga salah satu alasan yang membuat mereka begitu istimewa meskipun, dan juga mengapa Anda melihat caughts liar begitu banyak untuk dijual. Ini jauh lebih mudah bagi importir / eksportir untuk merebut seekor hewan dari alam liar dan menjualnya untuk uang dengan cepat, daripada mencari pasangan untuk berkembang biak dan menunggu bertahun-tahun untuk keturunan mereka.

Ular Susu

Nelson Ular Susu (Lampropeltis triangulum nelsoni) adalah jenis ular raja yang ditemukan di Meksiko dari selatan Guanajuato dan pusat Jalisco kePantai Pasifik. hal ini juga ditemukan di dataran sempit barat laut Michoacán dan di Tres Marias Islands. kisaran ular ini tampaknya terkait dengan dekat anak sungai, termasuk yang digunakan untuk irigasi dan pertanian. ini adalah subspesies dari ular susu, Lampropeltis triangulum. Hal ini mirip dengan ukuran raja ular lainnya, panjang rata-rata 42 inci (110 cm) , seperti mereka, adalah nonvenomous.
Jenis ini dinamai untuk menghormati Edward W. Nelson yang bekerja untuk U.S. Biological Survey dari 1890, menjadi kepala pada tahun 1916.
Karakteristik 
Ukuran: dewasa rata-rata panjang 42 inci (110 cm) .
Habitat: Semi-kering semak pesisir dan interior hutan gugur tropis .
Mangsa: Nelsons adalah pengumpan oportunistik. Ular ini akan makan burung kecil, tikus, kadal, amfibi, dan ular lainnya, termasuk spesies berbisa. Memiliki toleransi alami untuk venoms ular asli.
Ular memiliki 13 sampai 18 cincin merah dan memiliki mulut gelap bintik-bintik cahaya (dalam kasus jarang terjadi, mulutnya sebagian besat hitam). Sementara band merah cukup lebar, yang hitam terasa lebih tipis, dan putih sangat tipis. secara umum tidak ada tip hitam dikedua putih dan merah. Albinism dan pola aberrancies ditetapkan. Ular ini memiliki 19 hingga 23 baris sisik halus dan satu piring anal.

Ular Pelangi

Ular pelangi adalah sejenis ular yang termasuk anggota suku Xenopeltidae. Ular ini diberi nama demikian karena lapisan transparan pada sisiknya membiaskan warna-warni pelangi dari cahaya matahari. Ular pelangi menghuni daerah lembap dan berawa-rawa di sekitar pantai, sungai, persawahan, dan daerah yang berhutan.  Ular ini tidak jarang pula ditemukan di sekitar pemukiman, terutama di daerah terbuka dan berumput-rumput yang meliar. Ular ini sering bersembunyi di bawah kayu busuk, bebatuan, tumpukan serasah, atau menggali lubang dalam lumpur, tidak jauh dari air. Mangsanya terdiri dari kodok, kadal, jenis-jenis ular lain, dan mungkin pula burung yang tinggal di atas tanah. Berkembang biak dengan bertelur (ovipar), ular pelangi setiap kalinya mengeluarkan hingga 17 butir telur. ular ini dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah indonesia. Ular pelangi termasuk golongan ular yang tidak berbahaya. Ular ini tidak berbisa dan biasanya tidak mau menggigit ketika ditangkap. Jika baru pertama kali dipegang, ular pelangi akan menggetarkan ekornya kuat-kuat. Ular ini juga mengeluarkan cairan berbau memualkan seperti bau bawang putih untuk mengusir musuhnya.
Ular ini mudah jinak dan relatif gampang dipelihara. Dalam tangkaran, ular pelangi dapat mencapai usia lebih dari 13 tahun.

Ular Jagung (Corn Snake)

Corn snakes adalah salah satu jenis ular yang cocok untuk pemula. Selain mudah dipelihara, corn snake juga punya pola & warna warna yang menarik. Jenis ular ini tidak rewel dengan tempat tinggal mereka, mereka cukup bisa menerima lingkungan yang baru bagi mereka. Tapi ada baiknya menyediakan tempat tinggal yang layak untuk corn snakes. Corn snakes tidak membutuhkan ruang yang luas untuk hidup. Mereka cenderung agoraphobic (takut berada dalam ruang terbuka). Akan sangat baik untuk menyimpan bayi corn snake di kotak kecil yang diberi lubang udara. Saat mereka mulai tumbuh, corn snake bisa dipindahkan pada terarium yang lebih besar. Tingkatkan ukuran luas habitat corn snakes secara bertahap. Buat kandang corn snake sedemikian rupa hingga tidak ada celah untuk kabur karena corn snake gampang lepas.

Substrat (alas untuk kandang) juga diperlukan. Ada beberapa macam substrat yang bisa digunakan. Jangan gunakan serutan kayu soalnya bisa menyebabkan gangguan pernafasan. Pakai saja kertas koran bekas.
Seperti ular lain, corn snake tidak bisa memproduksi panas tubuhnya sendiri. Mereka bergantung pada lingkungannya untuk menaikkan atau menurunkan suhu tubuhnya. Jadi pemanas sangat diperlukan dalam kandang corn snakes. Sistem pemanasan yang buruk akan menimbulkan masalah pencernaan dan juga kekebalan tubuh. Corn snakes setidaknya perlu satu area dimana mereka bisa menghangatkan tubuh. Suhu di dalam kandang yang ideal adalah sekitar 21 sampai 29°C, dan ada banyak cara untuk mencapai suhu ini. Tapi yang pasti jangan sampai badan ular tersentuh langsung oleh sumber panas. Jangan pernah lupa untuk menyediakan tempat bersembunyi. Ini berfungsi untuk memberikan rasa aman pada corn snake. Tempat bersembunyi harus cukup besar supaya ular bisa melingkar di dalamnya. Jangan berikan tempat bersembunyi yang terlalu besar hingga corn snake bisa merasa aman bersembunyi di dalamnya. Di toko toko yang menjual reptil biasanya juga menyediakan tempat bersembunyi yang bagus. Terakhir, jangan lupa sediakan juga cabang kayu kecil supaya corn snake bisa merayap & bertengger di kayu.